- Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah
realitas imajinatif bukan obyektif.
- Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif
melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.
- Manusia2 yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam
seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk
sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.
- Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi
interpretable, artinya setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai
tafsiran.
*Unsur Intrinksik Fiksi :
1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema
diangkat dari konflik kehidupan.
2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita.
3. Alur : rangkaian cerita
Dalam alur hubungan tokoh bisa rapat yaitu memusat pada satu tokoh; atau
renggang yaitu tokoh berjalan masing2.
Proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur.
Penyelesaian Alur ada alur klimaks dan ada alur anti klimaks.
4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :
- setting geografis ----> tempat di mana kejadian berlangsung
- setting antropologis ----> kejadian berkaitan dengan situasi
masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.
5. Penokohan / Pewatakan :
tokoh digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan
(antagonis), maupun tokoh pembantu - tapi ini bukan PRT
Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan
pribadi tokoh; atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh.
Bidang2 tokoh harus digambarkan :
- Bidang tampak : gesture, mimik, pakaian, milik pribadi, dsb
- Bidang yang tidak tampak : motif berupa dorongan / keinginan, psikis
berupa perubahan kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.
6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan
Penghadiran bisa dengan :
- gaya orang pertama ---> penulis terlibat sebagai salah satu tokoh
- gaya orang ketiga ---> penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi
tidak terlibat di dalam cerita.
7. Suasana : yang mendasari suasana cerita adalah penokohan karena
perbedaan karakter sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang
berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharukan, menantang,
menyenangkan, atau memberi inspirasi.
Semua point ini harus dihadirkan secara utuh sehingga fiksi baik itu berupa
cerpen, novel, drama, skenario film / sinetron sehingga pembaca, pendengar,
pemirsa mempunyai daya imajinatif; mempunyai tafsiran tentang tokoh,
suasana, dsb; terhadap karya fiksi tersebut.
Jangan lupa : tema, plot, alur, dan setting juga harus jelas sehingga karya
fiksi benar2 utuh sebagai karya seni bukan berupa sekadar curahan hati
(seperti diary)
|
0 komentar:
Posting Komentar